Oleh,
KH
Bachtiar Nasir
Sebelum
mengabdi dan meminta pertolongan kepada Allah, maka harus yakin terlebih dahulu
konsep ini. Bahwa Allah adalah Rabb, Allah Ar-Rahman dan Ar-rahiim, dan yakin
sepenuhnya bahwa Allah adalah Al-Malik.
Bismillahirrahmanirrahiim.
Ayat
kelima surat Al-Fatihah,
اِيَّاكَ نَعْبُدُ
وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ
“Hanya
kepada Engkau, kami menyembah dan hanya kepada Engkau kami memohon
pertolongan.”
Para ulama
mengatakan bahwa seluruh wahyu yang Allah Azza wa Jalla turunkan kepada
rasul-Nya, baik dalam lembaran wahyu (suhuf) maupun dalam bentuk kitab yang
tersusun rapi (Taurat, Injil, Zabur, dan Alquran), inti dan pamungkasnya adalah
Alquran. Sementara, seluruh isi Alquran itu ada di dalam surat Al-Fatihah. Dan,
kesimpulan isi Al-Fatihah adalah pada ayat kelima ini. Inilah puncak wahyu
Allah Subhanahu wa Ta'ala. Yang isinya adalah pengakuan bahwa hanya
kepada-Nyalah manusia menyembah dan hanya kepada-Nya saja setiap manusia dapat
memohon pertolongan.
Inilah
ayat yang luar biasa. Inilah kunci keberhasilan dan kebahagiaan untuk hidup di
dunia dan akhirat. Oleh karena itu, di dalam doa yang sering kita baca setelah
tilawah Alquran, ada kalimat yang berbunyi, “warzuqna tilawatahu,” yang berarti
kita memohon untuk diberikan rezeki dari membaca Alquran. Pertanyaannya, apakah
rezeki bisa diperoleh dengan cara membaca Alquran? Sangat bisa, karena hanya
dengan membaca dan memahami Alquran sajalah kita akan memahami bagaimana cara
mendapatkan rezeki yang halal dan berkah. Hanya dengan membaca Alquran, kita
bisa memperoleh rezeki dengan cara yang berbeda dari cara hewan mendapatkan
mangsanya.
Tanpa
Alquran, bahkan untuk makan pun, kita tidak akan berbeda dengan hewan, yang
hanya sekadar kenyang. Oleh karena itu, dengan membaca dan memahami surat
Alquran, seorang hamba akan diantarkan pada kemuliaan dan keberhasilan hidup
yang sejati. Yaitu, hidup sebagai hamba Allah Ta’ala yang dimuliakan dengan
qalbu dan akal.
Kembali
pada ayat kelima surat Al-Fatihah. Apa artinya إِيَّاكَ ? (iyyaaka) artinya
khusus/ hanya kepada Engkau Yang Mahamulia kami menyembah dan meminta
pertolongan. Kenapa mesti نَعْبُدُ (na’budu) baru نَسْتَعِينُ (nasta’iin) nya?
Karena, kunci untuk mendapatkan pertolongan-Nya pastilah harus mendekatkan diri
dulu kepada-Nya.
Beribadah
terlebih dahulu dengan benar dan bila masih ada kesalahan harus segera
diperbaiki. Bukan dalam artian Allah Ta’ala “perhitungan” jika ingin menolong
hamba-Nya. Namun, siapa pun di antara kita pastilah akan menolong seseorang
yang sudah kita ketahui kebaikan dan kelurusan sikapnya.
Sekarang,
mari kita ingat empat ayat sebelum اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ.
Ayat yang pertama adalah بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ yang artinya
adalah menyebut Allah dengan asma-Nya Ar-Rahman dan Ar-Rahiim.
Yang
kedua,اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ yang berarti segala puji bagi
Allah, Rabb (Pencipta) alam semesta. Ketiga, الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِۙ, Yang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, dan مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِۗ, Sang Maharaja
pemilik hari pembalasan.
Di ayat
satu sampai dengan empat ini, Allah Subhanahu wa Ta'ala memperkenalkan dirinya
sebagai Sang Rabb (Pencipta) alam semesta yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Juga sebagai Sang Malik (Maharaja) yang menguasai hari pembalasan.
Hari dimana tidak ada keputusan kecuali yang datang dari titah-Nya.
Hari
dimana para penguasa zalim dan jahat yang pernah semena-mena tidak akan dapat
memanggil kerabat, sahabat, dan bala tentaranya. Namun, Allah hanya tinggal
memanggil satu malaikatnya yaitu malaikat Zabaniyyah untuk membalas para
penguasa zalim dan jahat tersebut. Hanya Dia-lah yang berkuasa. Dialah yang
membalas segalanya dengan segala kekuasaan yang berpusat dalam genggaman-Nya.
Sebelum
mengabdi dan meminta pertolongan kepada Allah, maka harus yakin terlebih dahulu
konsep ini. Bahwa Allah adalah Rabb, Allah Ar-Rahman dan Ar-rahiim, dan yakin
sepenuhnya bahwa Allah adalah Al-Malik. Milik Allah semua kekuasaan. Milik
Allah segala otoritas dan segala yang ada di langit dan di bumi. Allah
Al-Malikal-Mulk. Sebagaimana Allah tegaskan dalam surat Ali Imran ayat 26-27:
قُلِ اللَّهُمَّ
مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ
وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ ۖ بِيَدِكَ الْخَيْرُ ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ
كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
26.
Katakanlah: “Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan
kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang
Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau
hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan.
Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.
تُوْلِجُ الَّيْلَ
فِى النَّهَارِ وَتُوْلِجُ النَّهَارَ فِى الَّيْلِ وَتُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ
وَتُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَتَرْزُقُ مَنْ تَشَاۤءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
27. Engkau
masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau
keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang
hidup. Dan Engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas)”.
Setelah
memahami bahwa Allah-lah satu-satunya Rabb, yang Maha Rahman dan Rahiim; juga
Allah sebagai Raja Diraja yang menguasai hari pembalasan, maka hati kita akan
benar-benar dikuatkan dan mantap; untuk menyembah dan meminta pertolongan hanya
kepada Allah Ta'ala.
Hingga,
kita akan mendeklarasikan dengan penuh keyakinan di dalam hati bahwa Allah
pasti akan mengabulkan permintaan dan menolong segala kesulitan. Bahwa di balik
kerajaan-Nya yang berupa semesta jagad raya, ada Ar-Rahman dan Ar-Rahiimnya
Allah. Yang Maha Mendengar setiap keluh kesah hamba-Nya dan mengijabah doa dari
orang yang berusaha untuk beribadah dengan lebih. Dan, bahwa Allah-lah yang
memiliki hari pembalasan. Yang tidak akan pernah meninggalkan satu pun usaha
yang telah kita lakukan dan akan memberikan pembalasan setimpal bagi setiap
perbuatan.
Ayat ini
adalah “obat anti galau” yang selalu berada di dalam naungan dan rahmah dari
Allah Subhanahu wa Ta'ala. Bahwa hanya kepada Allah saja kita menyembah dan
memohon pertolongan. Karena itu, mari kita memohon kepada Allah Rabbul Izzati
untuk menghujamkan kalimat iyyaakana’budu waiyyaa kanasta’iin sebagai pedoman
jalan hidup dan teman menyambut kematian. Aamiin Allahumma Aamiin.*
Sumber:
https://ummattv.com/post/khutbah-jumat-kh-bachtiar-nasir-tauhid-dalam-surat-al-fatihah