Oleh:
KH Bachtiar Nasir
BULAN Ramadhan merupakan salah satu nikmat yang sangat
agung yang diberikan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada umat Islam. Oleh karena
itu, sebagai umat Islam kita harus bersyukur atas nikmat itu dengan cara
mempergunakan kesempatan yang sangat mahal dan sangat ditunggu-tunggu oleh
setiap jiwa yang beriman ini dengan sebaik-baiknya. Dengan segala persiapan
baik fisik, emosi, intelektual dan spritual sehingga kita keluar dari Ramadhan
sebagai pemenang yang mendapatkan ampunan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan dibebaskan
dari api neraka.
Untuk menumbuhkan semangat dan kerinduan yang mendalam
terhadap Ramadhan itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
mengajarkan kepada para sahabatnya dan umatnya yang akan datang setelah mereka
tentang keutamaan bulan Ramadhan dan keutamaan beribadah di bulan suci
tersebut. Banyak sekali hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
menjelaskan itu, di antaranya:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى
سَبْعمِائَة ضِعْفٍ ، قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ : إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ
لِي ، وَأَنَا أَجْزِي بِهِ ، يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي ،
لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ : فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ ، وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ
رَبِّهِ ، وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata,
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Setiap amalan kebaikan
yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang
semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Subhanallahu ta’ala berfirman:
“Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku dan Aku sendiri
yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanannya
karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kegembiraan yaitu
kegembiraa ketika dia berbuka dan kegembiraan ketika berjumpa dengan Rabbnya.
Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau
minyak kasturi.” (Riwayat Bukhari dan Muslim, ini lafaz Muslim).
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، عَنْ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : إِذَا كَانَتْ أَوَّلُ
لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ صُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ ، وَمَرَدَةُ الْجِنِّ ،
وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ ، فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ ، وَفُتِحَتْ
أَبْوَابُ الْجَنَّةِ ، فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ ، وَنَادَى مُنَادٍ يَا
بَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ ، وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ ، وَلِلَّهِ
عُتَقَاءُ مِنَ النَّارِ ، وَذَلِكَ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ
Abu Hurairah meriwayatkan dari Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam beliau bersabda: “Jika malam pertama Ramadhan datang, maka
setan-setan, dan jin-jin pembangkang dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup dan
tidak ada satu pintunya pun yang terbuka, pintu-pintu surga dibuka dan tidak
ada satu pintu pun yang ditutup. Lalu ada suara yang menyeru, “Wahai pencari
kebaikan! Sambutlah. Wahai pencari kejelekan! berhentilah”. Allah memiliki
hamba-hamba yang dimerdekakan dari neraka. Dan demikian itu pada setiap malam.”
(Riwayat Tirmizi dan Ibnu Majah).
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ :
إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ ، فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ
النَّارِ ، وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jika datang bulan Ramadhan
maka pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan para syaitan
dibelenggu.” (HR. Bukhari dan Muslim, ini lafadz Muslim).
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، أَنّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ : مَنْ قَامَ رَمَضَانَ ،
إِيمَانًا ، وَاحْتِسَابًا ، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang menghidupkan malam bulan Ramadhan
dengan penuh keimanan dan mengharap pahala, maka akan diampuni dosa-dosanya
yang telah lalu.” (Riwayat Bukhari dan Muslim).
Karena mengenal dan mengetahui keutamaan dan
keistimewaan Ramadhan itulah, para sahabat Nabi begitu merindukan kedatangan
Ramadhan agar mereka dapat meraih semua janji dan tawaran Allah dan Rasul-Nya
pada bulan Ramadhan itu yang tidak terdapat pada bulan-bulan lain. Mereka tidak
pernah menyia-nyiakan kesempatan yang Allah Ta’ala berikan. Ma’la Bin Fadhal
berkata: “Dulu Sahabat Nabi berdoa kepada Allah sejak enam bulan sebelum masuk
Ramadhan agar Allah sampaikan umur mereka ke bulan yang penuh berkah itu. Para
Sahabat Berdoa: Yaa Allah, sampaikan aku ke Ramadhan dalam keadaan selamat. Yaa
Allah, selamatkan aku saat Ramadhan dan selamatkan amal ibadahku di dalamnya
sehingga menjadi amal yang diterima.”
Tentunya semua keutamaan dan keistimewaan itu tidak
dapat diraih kecuali dengan meluruskan niat hanya untuk Allah Ta’ala dan tekad
yang bulat untuk mempergunakan kesempatan Ramadhan yang diberikan dengan
sebaiknya-baiknya. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
sahabatnya merindukan Ramadhan karena ingin beramal dan beribadah total di
bulan suci itu, bukan karena yang lainnya.
Dengan niat ikhlas itu, Allah Ta’ala akan menerima
ibadah puasa kita dan segala macam amal ibadah di bulan suci ini, dan itu akan
dapat dilihat dari pengaruh puasa itu bagi diri dan jiwa kita setelah Ramadhan.
Imam Nawawi mengatakan bahwa celakalah kaum Ramadhaniyyin, yaitu mereka tidak
mengenal Allah kecuali di bulan Ramadhan. Padahal Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam, sahabat dan generasi setelahnya mengenal Allah Ta’la sejak
jauh-jauh hari sebelum Ramadhan dan di bulan Ramadhan pengenalan mereka kepada
Allah lebih mereka tingkatkan.
Untuk menyambut Ramadhan, Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam juga mencontohkan agar membiasakan diri untuk berpuasa dan
melatih fisik di bulan Sya’ban dengan memperbanyak puasa sunnah di bulan itu.
عن أُسَامَةُ بْنُ زَيْدٍ ، قَالَ :
قُلْتُ : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، لَمْ أَرَكَ تَصُومُ مِنَ شَهْرٍ مِنَ الشُّهُورِ
مَا تَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ ، قَالَ : ” ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ
بَيْنَ رَجَبَ وَرَمَضَانَ ، وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الأَعْمَالُ إِلَى
رَبِّ الْعَالَمِينَ ، فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
Dari Usamah bin Zaid, ia berkata, “Saya berkata kepada
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Ya Rasulullah! saya belum pernah
melihat engkau berpuasa pada satu bulan dari bulan-bulan lainnya sebagaimana
engkau berpuasa pada bulan Sya’ban? Rasulullah SAW. menjawab: “Bulan itu adalah
bulan yang sering dilupakan manusia yaitu antara Rajab dan Ramadhan, dan ia
adalah bulan yang diangkat di dalamnya seluruh amalan kepada Rabb semesta alam,
maka aku menginginkan amalanku diangkat dalam keadaan aku berpuasa.” (Riwayat
An-Nasai).
Saat hilal Ramadhan itu muncul di ufuk pertanda tibanya
bulan penuh berkah itu, maka Rasul dan para Sahabat menyambutnya dengan penuh
suka cita sambil berdoa, sebagaimana yang diriwayatkan dalam hadits:
عَنْ طَلْحَةَ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ ،
أَنّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : كَانَ إِذَا رَأَى
الْهِلَالَ قَالَ : اللَّهُمَّ أَهْلِلْهُ عَلَيْنَا بِالْيُمْنِ وَالْإِيمَانِ
وَالسَّلَامَةِ وَالْإِسْلَامِ رَبِّي وَرَبُّكَ اللَّهُ
Thalhah bin Ubadillah meriwayatkan bahwa Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam jika melihat awal bulan akan berdoa: “Ya Allah,
perjalankanlah bulan ini kepada kami dengan penuh kebajikan, iman, selamat dan
Islam. Rabb-ku dan Robb-mu (bulan) adalah Allah.” (Riwayat Ahmad, Tirmizi dan
Hakim dan Baihaqi).
Oleh karena itu, hendaknya kita betul-betul
mempersiapkan fisik kita untuk Ramadhan tahun ini, mempersiapkan ilmu kita
tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan Ramadhan dan ibadah puasanya.
Merindukan kedatangan Ramadhan sepenuh hati karena ingin betul-betul ingin
mempergunakan kesempatan yang Allah Ta’ala berikan untuk memperbaiki diri,
beribadah dan beramal sebanyak-banyaknya di bulan suci ini. Wallahu a’lam
bish shawab. (*)
Sumber: https://bachtiarnasir.com/artikel/cara-rasulullah-menyambut-ramadhan/