Oleh:
KH.
Bachtiar Nasir
Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱصْبِرُوا۟ وَصَابِرُوا۟ وَرَابِطُوا۟ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ
تُفْلِحُونَ
“Hai
orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu, dan kuatkanlah kesabaranmu dan
tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah,
supaya kamu beruntung.” (QS Al Imran ayat 200).
Allah ‘Azza
wa Jalla dan rasul-Nya memberikan perintah kepada kaum muslimin untuk
senantiasa menguatkan kesabaran dan siap siaga dalam menjaga kedaulatan dan
kehormatan agama. Umat Islam tidak boleh lengah untuk senantiasa memantau
pergerakan pihak-pihak yang terdeteksi akan menggoyahkan agama ini. Pantau,
bersabar, dan kuatkanlah kesabaran kita menghadapi tekanan yang sedang
dilancarkan. Jangan sampai emosi membuat kita lengah, patah semangat, kemudian
mengendurkan penjagaan kita. Kewaspadaan dan kesiap-siagaan kita tidak boleh
kendur, karena ini adalah perintah langsung dari Allah ‘Azza wa Jalla.
Ath-Thantawi
mengutip perkataan Muhamad Abduh bahwa waspada adalah membentengi diri dan
mempersiapkan berbagai hal agar mampu menahan kejahatan musuh dan kemudian
menghancurkan kekuatan musuh.
Di antara
cara berlindung dan mempersiapkan diri untuk menahan serangan musuh adalah
dengan memahami kondisi musuh dan memiliki informasi yang cukup. Siapa mereka,
berapa besar kekuatan mereka, dimana teritorial mereka, dan mengetahui dimana
gudang amunisi mereka. Ini harus kita ketahui dengan tepat, sebagaimana kita
mengetahui “peta diri” kita sendiri. Sebagai mana perkataan orang Arab, “Akan
diperangi masyarakat yang tidak memiliki pengetahuan peta negerinya sendiri.”
Kita hanya bisa bermanuver dengan data yang cukup. Dan, di antara bentuk
berwaspada adalah persiapan, memiliki data yang valid, dan terampil menggunakan
senjata. Itulah yang dimaksud dengan waspada.
Persiapan
Matang
Rasulullah
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam mencontohkan hal ini bersama para
sahabat. Jika hendak bertempur, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
biasanya sudah mengetahui peta musuh. Ini karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam dan sahabat senantiasa menempatkan intel di titik-titik strategis.
Sehingga, ketika situasi memanas, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
sudah memiliki data yang valid tentan lawan. Intelejen Rasulullah terlatih
untuk memberikan info detail tentang kondisi lawan. Merekalah orang-orang
terpilih yang memenuhi kualifiasi menjadi penjaga, pengintai, sekaligus garda
terdepan menghadapi musuh. Memiliki kualitas kesabaran dan ketelitian istimewa
sehingga apa pun manuver yang dilakukan musuh, mereka tetap mampu menangkap
desain inti di belakangnya.
Abu Bakar
ra berpesan pada kepada Khalid bin Walid di perang Yamamah, “Perangilah mereka
sebagaimana mereka memerangi kita dengan senjata-senjata mereka, lawan pedang
mereka dengan pedang kita, hantam panah mereka dengan panah kita.”
Inilah
komando yang diserukan oleh Abu Bakar dan diajarkan kepada Khalid bin Walid.
Inilah bentuk bagaimana perkataan dan perbuatan Rasulullah saw beserta sahabat;
untuk menunjukkan bahwa persiapan itu penting, guna mengetahui peta kekuatan
musuh.
Bersabar
dengan Hasil
Manakala
persiapan sudah dilakukan dengan sebaik mungkin, satu hal yang tidak boleh
dilupakan adalah kesiapan mental untuk menyerahkan hasil kepada kehendak Allah
Ta’ala. Jangan sampai kesiapan untuk bertempur, tidak dibarengi dengan kesiapan
untuk menerima hasil yang Allah berikan. Sesuai atau tidaknya dengan harapan,
semua takdir yang Allah berikan adalah kebaikan untuk kita.
Jangan
sampai, jika hasil yang Allah Azza wa Jjalla berikan tidak sejalan dengan apa
yang kita inginkan, kemudian kita sampai berbuat sesuatu yang mendahului
takdir-Nya bahkan melakukan hal yang diharamkan. Jangan sampai perasangka buruk
pada Allah yang kita turuti, syahwat yang mengalahkan kesabaran, dan hawa nafsu
yang mengalahkan akal pikiran jernih kita; membuat segalanya hancur.
Ingatlah
selalu bahwa perasangka buruk kepada Allah Azza Wajalla akan merusak ilmu yang
kita miliki dan membuat akal tak mampu berfungsi. Karena itu, yakinilah bahwa
semua takdir Allah pasti baik. Allah-lah yang Maha mengetahui jalan yang akan
menyelamatkan kita hingga kelak kembali kepada-Nya. Dialah Sang Pengatur yang
Maha Sempurna.
كُتِبَ عَلَيْكُمُ
ٱلْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تَكْرَهُوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ خَيْرٌ
لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ
وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Boleh
jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula)
kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang
kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah ayat 216).
Allah-lah
yang mengatur segala urusan. Allah-lah yang kemudian memberi perintah pada para
malaikat pengatur di muka bumi, untuk membuat segala aturan-Nya terjadi. Dialah
Allah, Pengatur yang Mahasempurna. Tidak ada yang tertinggal dari segala
ketentuan-Nya dan tidak ada yang salah, apalagi bermaksud mencelakai
hamba-hamba-Nya; dalam setiap aturan-Nya.
Maka,
setelah semua persiapan terbaik dilakukan, ikhtiar dalam perjuangan terbaik
telah diberikan, janganlah lupa membersamainya dengan doa. Berdoalah agar Allah
Ta’ala lapangkan dada kita, sehingga mampu melihat segalanya dengan hati yang
jernih dan pikiran yang tenang. Berdoalah agar dada kita dilapangkan untuk
senantiasa menyadari bahwa tujuan dari setiap urusan adalah Allah saja. Bukan
kepentingan, bukan untuk tendensi yang tersimpan, bukan untuk sekadar syahwat
keduniaan. Jadikanlah muara dari setiap urusan yang kita perjuangkan adalah
untuk Allah Ta’ala. Jangan sampai kita memohon kemudahan, tetapi urusan itu
sebenarnya bukanlah untuk-Nya.
Ingatlah
bahwa surga itu tidak murah dan dibutuhkan pembuktian kepantasan untuk
mendapatkannya. Jalan berat ini pula yang ditempuh oleh Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam beserta para sahabat.
أَمْ حَسِبْتُمْ
أَن تَدْخُلُوا۟ ٱلْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُم مَّثَلُ ٱلَّذِينَ خَلَوْا۟ مِن قَبْلِكُم
ۖ مَّسَّتْهُمُ ٱلْبَأْسَآءُ وَٱلضَّرَّآءُ وَزُلْزِلُوا۟ حَتَّىٰ يَقُولَ ٱلرَّسُولُ
وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مَعَهُۥ مَتَىٰ نَصْرُ ٱللَّهِ ۗ أَلَآ إِنَّ نَصْرَ ٱللَّهِ
قَرِيبٌ
“Apakah
kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu
(cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa
oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam
cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya,
‘Bilakah datangnya pertolongan Allah?’ Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah
itu amat dekat.” (QS. Al-Baqarah ayat 214)
Sesedih
apa pun, sesulit apa pun, dan seberat apa pun kenyataan yang harus kita terima,
itulah kasih saying Allah kepada kita. Dengan takdir yang tidak sesuai dengan
apa yang kita harapkan, dengan ujian yang terbentang di depan mata, dengan
segala tekanan yang harus kita tanggung, itulah harga yang harus kita bayar
demi menjaga negeri yang Allah Ta’ala titipkan pada kita ini. Nilai yang harus
kita tebus untuk kelak diizinkan memasuki surga Allah Azza wa Jalla.
Berpegang-teguhlah
dan beristighfar, memasrahkan diri di bawah pengaturan Allah Ta’ala. Yakinlah
Dia tidak pernah jauh dan kehendaknya adalah bentuk kasih sayang-Nya untuk
menyelamatkan kita dari bahaya yang mungkin tak sanggup kita tanggung.
Berdoalah
untuk tetap kokoh menjalani ujian ini. Gantungkanlah seluruh harap dan
ketundukkan kita hanya kepada-Nya. Agar Dia senantiasa menjaga kita di jalan
yang tak mudah ini. Yahya bin Muaz berkata, “Barang siapa yang kalbunya
dikumpulkan oleh Allah kemudian hamba itu jujur mengatakan kepada Allah semua
kebutuhannya dan semua ketergantungannya dan harapannya hanya diserahkan kepada
Allah, maka Allah tidak akan menolak doanya”. *
Sumber:
https://bachtiarnasir.com/tadabbur/bersabar-dan-bersiaga-menjalani-takdir/