Meneladani Doa & Keteguhan Nabi Zakaria

15 Feb 2024 • 91 pembaca


Oleh:

 

KH Bachtiar Nasir

 

 

Allah Ta’ala berfirman pada surat Ali Imran ayat 38:

 

هُنَالِكَ دَعَا زَكَرِيَّا رَبَّهُۥ ۖ قَالَ رَبِّ هَبْ لِى مِن لَّدُنكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً ۖ إِنَّكَ سَمِيعُ ٱلدُّعَآءِ

 

Di sanalah Zakariya mendoa kepada Tuhannya seraya berkata: “Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa.”

 

Bila ada seorang kakek yang berumur lebih dari 90 tahun, istrinya juga sudah renta dan mandul, kemudian berharap dikaruniai seorang anak; tentu kita akan bereaksi bahwa harapan itu sungguh sulit terwujud. Juga, bukan hal yang normal untuk diharapkan.

 

Namun demikian, tulisan kali ini justru untuk mengingatkan kita untuk menguatkan dan menggantungkan harapan kita kepada Allah. Kemudian merealisasikannya dalam doa-doa. Meski tetap membutuhkan ikhtiar, tetapi disinilah kita akan belajar dan memahami pentingnya dan butuhnya kita untuk berdoa.

 

Dari empat pilihan berikut ini, termasuk yang manakah kita?


  1. Menggantungkan harapan kepada Allah, tetapi jarang berdoa.
  2. Sering berdoa, tetapi kurang berharap kepada Allah.
  3. Berdoa dan menggantungkan harapan kepada Allah dan selalu menyampaikan harapannya dengan pesan yang jelas dan kuat.
  4. Kurang berharap dan kurang berdoa kepada Allah dan lebih mengandalkan ikhtiar.


Ada penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan Dr. Masaru Emoto selama dua puluh tahun di Jepang yang meneliti tentang molekul air. Penelitian yang dipublikasi tahun 2017 tersebut menyimpulkan bahwa air membawa pengaruh yang sangat besar bagi fisik dan psikis kita. Sementara tubuh kita 2/3-nya adalah air.

 

Dalam penelitian tersebut, Dr. Emoto menemukan bahwa tidak ada kristal air yang terbentuk sangat indah dan sangat rumit desainnya, melebihi kristal air yang terpapar oleh kata cinta dan syukur. Ini membuktikan bahwa kata-kata positif seperti harap, doa, cinta, dan kesyukuran akan membuat tubuh kita akan lebih banyak memuat air yang sehat dan bermanfaat untuk mencapai apa yang kita inginkan dan membawa kebahagiaan.

 

Doa dan Keajaiban Allah

 

Hal ini pula yang kini kita pelajari dari doa-doa Nabi Zakaria yang tidak pernah putus kepada Rabbnya. Harapan Nabi Zakaria bila dihitung dengan satuan matematis manusia, maka akan termasuk hal yang mustahil. Namun, Zakaria tidak pernah lelah berdoa dan tidak pernah putus asa dalam melantunkan doanya kepada Allah Ta’ala. Doa yang yang dilantunkannya pun sangat jelas dan detail. Yaitu, doa ingin dikaruniai seorang anak. Keturunan yang thayyibah, yang saleh atau salehah dengan kualitas fisik dan potensi yang baik.

 

Sebenarnya apa yang membuat Nabi Zakaria sebegitu bertekad untuk memohon seorang anak dari sisi Allah? Awalnya, beliau juga sudah tidak terlalu berharap akan adanya anak. Namun, karena seringkali mendapati keajaiban dalam mihrab Maryam yang ada dalam penjagaannya, maka harapannya akan keajaiban dan kemurahan Allah Ta’ala pun menguat. Keajaiban-keajaiban itu sangat membekas dalam hati Zakaria.

 

Zakaria juga menyaksikan, saat Maryam masih di dalam kandungan, doa Hana, ibunda Maryam pun sangat luar biasa. Dia berdoa dan berjanji kepada Allah Ta’ala untuk menjadikan anak yang dikandungnya sebagai seorang yang menggunakan hidupnya untuk mengabdi Allah. Surat Ali Imran ayat 35:

 

إِذْ قَالَتِ ٱمْرَأَتُ عِمْرَٰنَ رَبِّ إِنِّى نَذَرْتُ لَكَ مَا فِى بَطْنِى مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّىٓ ۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْعَلِيمُ

 

(Ingatlah), ketika isteri ‘Imran berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

 

Hana berharap, anaknya kelak akan menjadi seperti Imran, ayahnya yang menjadi pengurus rumah ibadah. Di masa itu, memiliki jabatan sebagai pengurus rumah ibadah adalah posisi yang sangat mulia. Namun, karena anak yang dilahirkannya adalah perempuan, maka Hana kemudian menyerahkannya kepada Nabi Zakaria untuk dididik menjadi seorang perempuan yang mengabdikan hidup kepada Allah Ta’ala. Oleh karena itu, seperti apa pun anak kita sekarang, jangan lelah berdoa dan berharap yang terbaik untuk anak kita. Jadilah orangtua yang berani membesarkan hati dan tidak putus harapan kepada anak-anaknya.

 

Nabi Zakaria, setelah melihat keajaiban-keajaiban yang terjadi pada Maryam, maka bertunaslah kembali harapan di hatinya untuk memiliki seorang anak. Bertumbuh tekad untuk mendapatkan seorang anak yang mengabdi dan disayangi oleh Allah Ta’ala.

 

Disinilah kita belajar bahwa dengan sering melihat keajaiban dari Allah akan menambah keyakinan kita kepada Allah. Oleh karena itu sering-seringlah datang ke majelis ilmu, memperhatikan alam beserta isinya –termasuk diri kita sendiri, dan tempat-tempat dimana Allah Azza wa Jalla diagungkan. Orang-orang yang berani meyakini keajaiban dari Allah serta meyakini keajaiban Allah dengan segala sifat, nama, dan perbuatan-Nya; akan diperlihatkan keajaiban-Nya. Namun, orang-orang yang tidak mau melihat dan tidak beriman dengan keajaiban Allah, tidak akan pernah melihatnya.

 

Orang yang menggantungkan harapan kepada Allah, sesungguhnya sangat tepat memilih tempat dan Allah akan memberinya keajaiban-Nya tepat waktu. Untuk bisa menggantungkan harapan ini, maka berdoalah kepada Allah Ta’ala, tanpa ragu dan putus asa. Bila berdoa, maka sertakan harapan dan pesan yang kuat. Gunakan bahasa yang kita kuasai agar bisa menyampaikan apa yang kita harapkan dengan tepat. Ingatlah bahwa berdoa, tidak mesti menggunakan bahasa Arab. Curahkan apa yang ada dalam hati kita, hingga tersambung harap cemas kita dengan kasih sayang dan kekuasaan-Nya yang agung.

 

Bila hanya mengandalkan ikhtiar yang mampu kita lakukan, maka kita akan selalu dihadapkan pada kelelahan dan keputus-asaan. Karena itu, gantungkanlah harapan kepada Allah, maka kita tidak akan pernah kecewa. Jangan terlalu berpijak pada logika karena apa yang mampu kita pikirkan, tidak akan mampu menjangkau kekuasaan Allah Ta’ala.

 

Pada akhirnya, Nabi Zakaria dikaruniai Yahya As yang berasal dari sisi Allah dan langsung dinamai oleh Allah Swt. Hal yang perlu kita ikuti dari metode Nabi Zakaria adalah ketika ia berdoa, maka ia memohon dengan teguh dan sungguh-sungguh. Nabi Zakaria selalu memilih waktu terdekat dengan Allah Azza wa Jalla yaitu di 2/3 malam atau kira-kira jam setengah tiga pagi. Digunakannya kesempatan itu dengan sebaik-baiknya untuk memohon pada Allah Rabbul Izzati yang saat itu tengah turun ke bumi dan merasa malu naik ke Arasy-Nya sebelum mengabulkan doa hamba-Nya.

 

Orang yang senantiasa menggantungkan harap dan menyandarkan jiwanya kepada Allah Ta’ala akan selalu mengembalikan segala kondisinya kepada Allah Ar-Rahman. Menitipkan segala sesuatu hanya kepada Allah. Allah pun tidak akan mengecewakannya dan akan mengijabah doa-doanya; lengkap dengan keajaiban yang tidak pernah terjangkau oleh logika manusia biasa.

 

Surat At-Talaq ayat 3:

 

وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُۥٓ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ بَٰلِغُ أَمْرِهِۦ ۚ قَدْ جَعَلَ ٱللَّهُ لِكُلِّ شَىْءٍ قَدْرًا

 

Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang dikehendakiNya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.*

 

 

Sumber: https://bachtiarnasir.com/parenting/belajar-dari-doa-dan-keteguhan-nabi-zakaria/

Bagikan ke orang baik lainnya