Oleh:
KH Bachtiar
Nasir
Bismillahirrahmanirrahiim.
Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman dalam surat Al-Mulk ayat 1 dan 2:
تَبَٰرَكَ
ٱلَّذِى بِيَدِهِ ٱلْمُلْكُ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
ٱلَّذِى
خَلَقَ ٱلْمَوْتَ وَٱلْحَيَوٰةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ
ٱلْعَزِيزُ ٱلْغَفُورُ
“Mahasuci Allah
yang menguasai (segala) kerajaan dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Yang
menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih
baik amalnya. Dan, Dialah yang Mahaperkasa, Maha Pengampun.”
Ketahuilah
bahwa orang yang bertakwa akan senantiasa memperhatikan gerak hidupnya. Orang
bertakwa selalu memperhatikan amalannya untuk berjumpa dengan Allah. Orang yang
bertakwa juga selalu ingat ada perintah yang harus dikerjakan, ada larangan
yang harus ditinggalkan, dan ada takdir yang harus diridhai.
Orang-orang
yang bertakwa adalah orang-orang yang selalu membenarkan janji-janji baik Allah
dan selalu membenarkan ancaman-ancaman Allah. Karena itu, ia menjadikan seluruh
dunia dimilikinya sebagai bekal untuk kehidupannya di akhirat.
Betapa
menyedihkannya orang yang tidak beramal dengan waktu yang Allah berikan.
Sesungguhnya orang yang cerdas bukanlah orang yang paling banyak menggunakan
akal pikirannya sementara hatinya jauh dari Allah Azza wa Jalla. Sejatinya
orang yang cerdas adalah ia yang paling banyak mendengarkan ayat-ayat Allah dan
mengikuti teladan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga waktunya
tidak akan berlalu tanpa amal yang mulia.
Yaitu
orang-orang yang paling ikhlas adalam beramal demi Ilaahnya, Allah Ta’ala dan
yang paling benar dalam mencontoh dan melaksanakan apa yang dilakukan oleh
Nabinya, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. Inilah aturan yang penting yang
harus dipegang oleh orang-orang beriman. Khususnya dalam menjalani bulan Syaban
dan bersiap untuk menyambut bulan Ramadhan. Dimana di bulan Syaban ini banyak
orang yang terlalai dalam beribadah.
Bulan Persiapan
Usamah Ibnu
Saidin ra berkata, “Dari Usamah bin Zaid, ‘Aku bertanya kepada Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam, ‘Aku tidak pernah melihat engkau ya Rasulullah,
berpuasa dalam satu bulan selain di bulan Ramadhan, seperti engkau berpuasa di
bulan Syaban?’ Beliau kemudian bersabda, ‘Itu adalah bulan yang kebanyakan
orang melalaikannya yaitu antara Rajab
dan Ramadhan. Dimana bulan yang di dalamnya diangkat amalan-amalan kepada
Allah, Tuhan seluruh alam. Karena itu, aku sangat senang ketika amalanku di
angkat, aku dalam kondisi berpuasa.” (Dinyatakan hasan oleh Al-Albany dalam Shahih An-Nasa’i, no.
2221).
Berdasarkan hal
ini, maka dapat disimpulkan bahwa yang banyak dilakukan oleh Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam di bulan Syaban adalah berpuasa. Namun demikan,
tak hanya berpuasa, sejatinya apa pun yang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam di bulan Syaban adalah persiapan menuju Ramadhan.
Dengan logika
untuk “panen” di bulan Ramadhan, maka apa yang dilakukan di bulan Syaban ini
adalah langkah yang sangat penting. Kalau kita tidak menanam di bulan Rajab dan
tidak merawat di bulan Syaban, maka tentu saja kita tidak akan memetik hasilnya
di bulan Ramadhan.
Jika kita tidak
berlatih puasa di bulan Rajab dan Syaban, maka kita tentu akan merasa berat
berpuasa sebulan penuh di bulan Ramadhan. Begitu pula, kita tidak akan punya
energi untuk tarawih atau qiyamul lail di bulan Ramadhan, manakala kita tidak
terbiasa bangun shalat tahajud di bulan Rajab dan Sya’ban. Jika kita tidak
terbiasa mengkhatamkan Alquran di bulan Rajab dan Syaban maka kita akan
tertatih-tatih membaca Alquran dan mengkhatamkannya di bulan Ramadhan.
Bila kita tidak
mempersiapkan hati dan mental kita untuk menjalani ibadah di bulan Syaban, maka
kita juga akan berat untuk melakukan berbagai ibadah yang ada di bulan
Ramadhan. Akan sulit bagi kita untuk bersedekah di bulan Ramadhan. Padahal
Rasulullah bersedekah bagaikan hembusan angin di bulan Ramadhan.
Kita juga akan
berat untuk mengeluarkan zakat karena tidak pernah berlatih untuk siap melepas
harta bulan Ramadhan. Badan kita juga menjadi lemah di saat berpuasa. Padahal
di generasi awal para sahabat yang dibentuk oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam adalah orang-orang yang kuat ketika mereka berpuasa. Termasuk
berperang. Semua ini karena kita tidak membiasakan diri dan bersiap menyambut
Ramadhan di bulan Rajab dan Syaban.
Di pertengahan
bulan ini pula, yaitu ketika malam Nisfu Syaban, Allah Ta’ala akan turun ke
muka bumi untuk secara khusus mengampuni dosa-dosa hambanya. Akan tetapi, akan
lebih baik jika istighfar dilakukan jauh sebelum pertengahan Syaban. Meski
tidak harus dikhususkan untuk mengadakan upacara atau acara tertentu, tetapi
jangan sampai kita termasuk orang yang lalai dengan malam yang penuh ampunan
ini.
Giat Disaat
Orang Lain Lalai
Di masa lalu
banyak orang yang melupakan bulan Syaban karena mengira bahwa bulan yang mulia
adalah bulan Rajab dan bulan suci adalah bulan Ramadhan. Syaban dinamakan
syaban karena ia berarti pemisah. Bulan ini muncul di antara Rajab dan
Ramadhan.
Namun, ingatlah
bahwa Allah Ta’ala sangat senang dengan mereka yang giat menjalankan ketaatan
dan giat menjalankan ibadah di saat orang lain lalai. Kelebihan orang yang giat
di saat orang lain lalai adalah kelebihan nilainya. Nilainya menjadi lebih
mahal dibandingkan ibadah yang biasanya orang lain jalankan. Keikhlasan mereka
yang menjalankannya juga lebih terasa disini karena disaat orang lain sibuk
dengan urusan dunianya, orang ini justru mencari Allah dan memberikan waktu
terbaiknya.
Untuk itu, mari
kita bergiat untuk menyambut Ramadhan dengan meningkatkan shalat tahajud,
selain memperbanyak puasa kita. Mari tingkatkan ibadah yang nantinya akan
banyak kita lakukan di bulan Ramadhan. Lakukanlah dari sekarang. Sehingga
dengan rida-Nya, di bulan Ramadhan nanti kita dapat menjadi pemenang, salah
satunya dengan mendapat Lailatul Qadar.
Jangan sampai
kita termasuk orang-orang yang dicap oleh Rasulullah saw sebagai orang-orang
yang lalai di bulan Syaban ini. Ingatkanlah orang-orang yang kita cintai dan
syiarkanlah tentang arti penting bulan Syaban ini. Semoga kita termasuk
orang-orang yang dipilih Allah Ta’ala untuk menjadi pemenang di bulan Ramadhan
nanti karena kita telah benar-benar mempersiapkannya di bulan Syaban ini dengan
membiasakan amalan-amalan yang terbaik.*
Sumber: https://bachtiarnasir.com/tadabbur/mempersiapkan-kemenangan-ramadhan-di-bulan-syaban/